Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Pengalaman Baru dalam Mengedit Berita

Sepuluh tahun peringatan Tsunami Aceh. Itulah yang menjadi tema penulisan salah satu reporter online di media nasional tempatku bekerja. Memang, aku mendapat jatah libur pada hari H perayaan itu, 26 Desember lalu. Tak banyak hal yang bisa kuikuti tentang isu itu. Tapi hari ini, giliranku berjaga di kantor dan mnejadi editor magang untuk isu daerah. Satu berita menarik tiba-tiba menggerakkan tanganku untuk meng-klik-an kursor mouse-ku. Berita itu tentang kuburan massal. Aku tak tahu apa yang spesial, tapi sulit rasanya menahan haru ketika membaca dan pelan-pelan mulai mengedit pragraf demi paragraf tulisan reporter yang akrab disapa Aul itu. Aku merasa benar-benar ada di sana, di 'padang rumput' di mana puluhan ribu jasad korban Tsunami Aceh 2004 dimakamkan. Dadaku terasa sesak! Tapi, ini pekerjaan, aku harus bisa menetralisir perasaan. Tak boleh terlalu larut. Ya, berusaha untuk sama sekali tak terbawa suasana.. Tapi namanya manusia, tak ada yang bisa ditahan dengan

Terbiasa itu Penting

Bongkahan kesal itu akhirnya tersembur. Sesuatu yang awalnya baik menjadi berai, hilang bentuk. Tak ada yang perlu disalahkan. Kamu, Aku, Kita, semua punya problem yang sama. Kepentingan kita berbeda. Sampai kini pun tak ada jalan tengah karena magnetku selalu menarik ke kiri dan kau ke kanan. Memintamu atau Aku untuk melupakan tak pernah jadi jalan keluar. Hati dan rasa tak bisa dipaksa. Ingat maka ingat, sekuat apapun kita melawannya. Beruntung, Kamu dan Aku mau saling mencoba terbiasa. Berjalan bersama di sisi jalan yang bebeda. Setidaknya, Kita bisa saling mengawasi ketika salah satu membutuhkan pertolongan. Itulah konsep setia menurut Kita. Tak perlu penjelasan lebih, tapi saling mengerti tetap terpatri di sini, di mata, hati, dan setiap gerak tubuh. Kamu, Aku, Kita, akan tetap ada. Meski kini Kamu dan Aku berdampingan dengan manusia yang berbeda, kita tetap menapaki jalan yang sama, hanya berbeda sisi. Aku kiri dan Kamu kanan. Mata masih saling mengawasi. Hat

Curug Cikondang dan Situs Gunung Padang, Luar Biasa!

-Tulisan ini dibuat dalam perjalan menuju Cianjur dan ketika kembali ke Jakarta, 9 November 2014- *** Perjalanan menuju situs sejarah yang satu ini memang ga lancar-lancar banget. Ya, seperti biasa, KRL Jakarta-Bogor yang suka telat ikut gue rasain efeknya. Dari yang jadwal keberangkatan 05.49, si KRL baru berangkatnya  jam 06.25 . Alhasil, sampe di Stasiun Bogor udah jam 07.35-an. Setelah sekitar satu menit kepake buat nanya, sisanya kita pake buat lari ke Stasiun Paledang yang ternyata letaknya di seberang Stasiun Bogor. Ngos-ngosan sih udah pasti. Tapi itu terobati ketika sampe Stasiun Paledang dan nukerin tiket, ada satu mas-mas yang terpaksa batal berangkat karena salah kaprah soal pemesanan online (ini sih gue jahat parah ya, haha). Makanya mas, pesen dulu yang bener sampe nomer bangkunya pasti, hahaha... Perintilan soal tiket selesai. Kita berhasil naik kereta di menit akhir sebelum keberangkatan. Tepat  jam 07.59  kereta berangkat (telat empat menit, harusnya 07.55 berangkatnya

Berhenti di Kamu

Tunggu! Jangan protes dulu! Itu bukan judul lagu yang bisa bikin galau ya sodara-sodara. Kata orang, usia se-gue gini lagi pusing-pusingnya sama isu pernikahan. Aelah! Kayak dunia bakal selesai aja kalo kita udah nikah. Tapi, menciptakan alasan apapun untuk masalah yang satu ini, ujung-ujungnya kita juga yang salah. Bah! Pernahnya aku dikata cuma cari pembenaran karena ngucapin alasan aku masih mau senang-senang dengan hidup aku yang gatau lama atau sebentar waktunya. *nah loh, kenapa pulak jadi Batak begini aku ngomongnya! Hahaha **** Oke...oke.... Umur gue nyaris 27 tahun. Usia yang kata orang-orang, termasuk kata nyokap gue usia yang sudah pas untuk menikah! Apalagi, kakak gue udah nikah daaaaaann adek gue pun udah nikah! Makin suramlah mata orang menatap wajah gue yang biar cubby tapi tetep kece ini! Yang jadi soal, pandangan tiap orang tentang pernikahan itu beda-beda. Weits! Jangan pikir gue ga mau nikah yak!? Mau banget! Tapi, ga sekarang. Bukan karena belom ada yang ngelamar! Y

HBD, Papa!

Halo, Papa! Ga kerasa ya, ini udah tahun ke-9 papa ulang tahun tapi tidak di dunia. Semoga papa di surga ya, merayakan ultahnya. Aku mau ceritakan satu rahasia lagi, setelah beberapa rahasia aku kasih tahu ke papa dalam tulisan 'Dini Hari di Teras' beberapa waktu lalu. Setelah papa pergi 7 Juli 2005, aku merasa gamang. Satu sayapku copot pa, kata orang-orang, patah! hahahaha... Hubungan kita yang tak terlalu dekat semasa kau hidup ternyata terasa lebih menyakitkan untuk dikenang ketika kau sudah dipeluk Tuhan. Sejak 2006, satu tahun setelah kau pergi, aku selalu merayakan ulang tahun mu. Untuk ukuran komunikasi kita yang tak terlalu bagus, hal ini mungkin terasa aneh buat papa,hehehehe... Tapi itulah kenyataannya. Setiap tanggal 7 Juli aku selalu sakit pa, mungkin terlalu rindu dan ada yang belum selesai di antara kita. Begitu juga setiap 15 Oktober. Aku selalu mencari kedai kopi untuk sekadar seolah-oleh merayakan ulang tahunmu. Padahal, waktu kau hidup, aku cuma menyalami sam

a b c d e F YOU!

Ada beberapa hal yang mungkin sangat ingin lo hindari di usia lo yang udah melewati seperempat abad.  KAPAN NIKAH? itu salah satu hal yang paling males lo denger. Pertanyaan yang menurut lo ga penting karena lo merasa masih banyak hal yang harus lo lakuin sebelum kata-kata mengerikan itu harus lo jalanin. NANTI KALAU SUDAH TERLALU NYAMAN SENDIRI, KAMU GA BAKAL NIKAH-NIKAH. MAU SAMPE KAPAN?? Pernyataan dan pertanyaan itu juga pasti ga asing buat lo. Trus lo bisa apa pas ada yang ngomong dan nanya kayak gitu? Ngeles? atau bahkan ngelemparin yang nanya pake boots kesayangan lo?  Gw sih ogah! hahahahaha ***** Belakangan, hal itu jadi tema besar dalam hidup gw. Cukup mengganggu, terus terang. Tadinya gw pikir gw akan baik-baik aja. Ternyata enggak! Semua orang nanyain? SANTA! Tapi kalo nyokap yang nanyain??? KIAMAT! hahahahahha sengaja tulisannya gw buat ngegantung. Karena sampe sekarang gw masih dalam tahap terganggu, dan belum memutuskan apa-apa....

Tuhan Punya Kuasa, Silakan Ikuti atau Lari

Bulat. Seperti itu gambaran tekadku untuk meninggalkan Jakarta. Tepat dua bulan setelah tekad dibulatkan, hal buruk terjadi. Pilihanku semakin sempit. Bertahan di sini dan semuanya baik-baik saja, atau berkeras pergi diikuti berbagai masalah baru. Aku jenis manusia yang takut tak bisa memenuhi tanggung jawab. Kalau 'terpaksa' menjadi pilihan kata yang tepat, maka kata itulah yang kini menjadi sahabat baruku. Terpaksa nyaman di tempat yang membingungkan, terpaksa bahagia di tempat yang kurang menyenangkan, terpaksa tersenyum dalam marah, terpaksa ikut tertawa dalam duka, dan lain-lain. Tapi jika yang harus dilengkungkam bibirnya adalah manusia maha penting dalam hidupku, samurai pun akan aku lawan tajamnya. Tuhan punya kuasa, silakan ikuti atau lari! Kali ini aku pilih ikuti. Demi mereka, demi aku, dan demi kita. Bismillah....

Senin Malam dan Kalian

Tak ada yang lebih menyenangkan kecuali tertawa bersama sahabat. Zaman berubah, tawa virtual pun kini mampu meredam gelisah. Terima kasih, sahabat! Tanpa kalian, duka tak akan menjadi suka, lara tak akan menjadi bahagia. Hal terindah dari ini semua adalah ketika kita bisa menertawakan kesedihan. Ha ha ha.. Tak satu pun membiarkan yang lain terluka, seujung kuku pun. Thanks a lot, kalian. Senang bisa dihibur dan menghibur kalian :))

Jumat yang Katanya Keramat

Katanya sih Jumat hari keramat. Ya buat umat muslim, ya buat koruptor yang menunggu peningkatan status jadi tersangka, ya buat semua-semuanya deh.. Tapi buat gw ini Jumat ga ada istimewa-istimewanya dah. Proyeksi selalu yang bikin boros, bikin nongkrong dan jajan ini itu. Sebenernya sih bisa telpon-telpon dari kostan, tapi kan ya kesannya hampa banget hidup gw kalo ga liat manusia lain seliweran depan mata,hahahha.. Ini udah Jumat ke berapa nih ya yang bikin gw ngejogrok di sebuah kedai kopi atau kafe atau resto. Ini kan bahaya ni buat kelangsungan hidup gw ke depan. Bisa-bisa sebelum tanggal 15 dateng kondisi finansial gw memasuki tahap kritis nih. Tapi gapapa dah, ketimbang liputan yang bikin susah napas,hahahha.. Nah sekarang gw lagi nongkrong di salah satu resto ayam bakar ternama nih, sambil nunggu ntar jam 2 siang ada acara di DPR. Masalahnya, pas laper begini pelayanannya lelet banget kayak kura-kura. Ini mah yang ada gedean emosinya dari pada lapernya.. Udah ah, kan ya dari pad

Dini Hari di Teras

Sudah lewat pukul 4.30 WIB ketika memori itu tiba-tiba terbongkar. Tak banyak yang bisa kuingat tentang kebersamaan kita. Kau yang kukenal adalah sosok manusia keras tapi lembut. Aku pun bingung mendeskripsikannya. Di satu waktu kau bisa ganas, marah membabi buta bahkan tak jarang main fisik. Mungkin itu yang membuat aku menjadi perempuan yang hampir tak takut dengan apapun. Berkali-kali muka ini 'ditonjok'. Bahkan sesekali sampai hidung mengeluarkan darah. Belum lagi kalimat tajam yang untuk anak seusiaku mungkin begitu sulit untuk dilupakan sebagai kenangan buruk. Tapi semua itu bisa kuterima ketika Tuhan mulai campur tangan. Kau meninggal (aku lebih suka menyebutnya mati). Tak ada harta yang kau tinggalkan, tapi kekuatan mental yang kau wariskan. Kalau saja dulu kau tak melatihku sekeras itu, mungkin kini aku sudah hancur dan tak bisa kubayangkan bagaimana masa depanku dalam status yatim. Kematianmu mengejutkan. Mungkin itulah yang disebut petir di siang bolong. Tiba-tiba da

Wazup!

Perjalanan Singkat

Perjalanan ke Bandung Sabtu lalu lumayan bikin otak fresh. Walaupun ga banyak tempat yang bisa kami datengin karena keterbatasan waktu dan kendala hujan , liburan singkat itu cukup menyenangkan. Oh iya, dua orang ini adalah temenku sejak Juli 2011. Sejak itu juga kayaknya kita selalu maen bareng deh... Mereka berdua termasuk andelan di program masing-masing. Mereka wartawan hebat. Dua-duanya juga ada di balik program-program oke di Metro TV. Hahahahahaha... Dan yang paling penting, kadang mereka juga bisa super gila kalo lagi 'galau' (kayaknya). Hahahha... Baiklah.. Tulisan ini hanya untuk meninggalkan jejak dan bukti kalau kami benar berangkat untuk menyegarkan kembali otak yang butek. Kebetulan tiga foto di bawah ada di lokasi yang sama. Warung Kopi Purnama, Jalan Baencuy 22 Bandung.

Oh! I swear to god ...... !

"Demi Tuhan lo pasti bakal berkeinginan ngebunuh orang yang sok tahu soal kehidupan lo" Ketika pagi tak mampu membungkam mulut-mulut nyinyir Saat itu pula gerombolan sindir demi sindir tergelincir Kalimat keluar tanpa proses berpikir Sumpah serapah pelan-pelan bergulir Bisakah kita hanya mengolah rasa? Jangan dilisankan jika hanya memutus asa Sebab sakit hati tak gampang dimakan masa Pikirkan, jangan membuat yang buruk sebagai yang biasa

Kangen

Hampir tiga tahun kebersamaan kita. Dan hampir satu setengah tahun kita membenamkan diri dalam kesibukan masing-masing. Hari ini, demi tuhan, aku kangen kalian MMDP 1 ...

Kedai Kopi, Senja dan 'Kita'

Kedai kopi masih menjadi favoritku membunuh waktu. Sakral buatku untuk melihat proses pergantian senja menjadi malam. Dan di kedai kopi ini, aku bisa menikmati redupnya warna langit yang pelan-pelan berganti menjadi hitam tanpa gradasi warna. Masih ada buku kecil, pena, rokok, minuman dingin dan sekeranjang kecil kentang goreng. Kau tahu, masih tetap ada sunyi dalam kebisingan di sini. Sunyi juga yang membawa pikiran ini melayang entah ke mana. Mungkin ke sosok kamu. Sosok yang tak lagi kurasa sama. Masih ingin kujaga hangatnya namun tak pernah bisa kuhidupkan kembali kenangannya. Biarkan 'kita' menjadi kenangan yang pelan-pelan mengabur seiring pergantian waktu. Meski ketika pagi ingatan itu akan kembali, aku yakin, bersama senja selanjutnya, kamu akan kembali mengabur dan pelan-pelan menghilang. dalam lelapnya tidurku.

Hujan

Bisakah kita menemukan Tuhan dalam setiap tetes hujan? *dikeplak orang religius sedunia raya (-_-"!) regards, Farah/Oje 087882054471 0812 1938 0529 / 0856 9121 3729