Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Pulang

Tak ada yang lebih indah dari berkumpul bersama seorang Ibu. Sepekan rasanya sama sekali tak cukup. Tapi nanti aku akan kembali pulang dengan rencana yang berbeda :) Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pulang

Sekian lama menunggu. Akhirnya kesempatan untuk pulang pun sudah kugenggam. Berpuluh rencana telah kususun. Semoga semuanya berjalan lancar. Powered by Telkomsel BlackBerry®

Let Me Go Home

Apa pun yang kubutuhkan saat ini adalah pulang. Menikmati suasana kampung halaman bersama Mama dan memori tentang almarhum Papa.. Izinkanlah, Tuhan.. Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dini Hari

Aku takut menatap pagi. Sinar mentari terlalu terang untuk orang gelap sepertiku. Bisakah waktu kita percepat agar senja segera datang? Tapi, dengan siapa aku membuat deal seperti itu? Tuhan? Pusaran waktu? Atau diriku sendiri? Powered by Telkomsel BlackBerry®

Everybody's Changing and I don't Feel the Same

Makna teman sudah bergeser jauh dari apa yang aku serap ketika kanak-kanak. Setia kawan, ikhlas berbagi, tak saling membicarakan di belakang, dan mencoba tetap tersenyum ketika kau sedih (bukan ikut menangis, karena itu akan memperburuk suasana). Semua itu sepertinya sudah musnah seiring menghilangnya keprimanusiaan makhluk yang mengaku MANUSIA! Lalu bagaimana dengan makna sahabat? Sama. Meski pergeserannya tak terlalu jauh, ketulusan sebagai sahabat pun sudah sangat sulit ditemukan. Entahlah, satu detik yang berjalan maju pasti membawa perubahan. Terima saja. Siapa yang kuat dan bisa menyikapi dengan dingin, kurasa dialah yang akan berhasil melesat maju. Fokuslah pada diri dan keselamatan sendiri, sebelum peduli pada orang yang tak terjamin kepeduliannya terhadapmu. Terima kasih teman dan sahabat. Tanpa kalian aku tak akan mengerti arti hadir dan absen. Powered by Telkomsel BlackBerry®

Battery About to Die

Energiku sudah hampir habis. Jangan paksa untuk berpikir dan melakukan hal-hal yang berat. Permainan kalian terlalu cantik sampai aku tak tahu sedang dibodohi atau benar-benar dibutuhkan? Permainan kalian seperti proses balas dendam. Meski aku tak merasa pernah punya salah pada kalian. Berkali-kali kalian teror pikiranku dengan berbagai cerita dramatis. Padahal nyatanya, semua peristiwa yang terjadi tak 'seburuk' yang kalian gambarkan. Kalian seperti sengaja membuat malamku suram. Mata tak bisa terpejam, hati tak bisa tenang, dan perutku terasa ingin meledak saat membayangkan semua cerita-cerita ciptaan kalian. Apa sebenarnya yang kalian inginkan dariku? Jika kalian ingin aku sakit, kurasa ini sudah lebih dari cukup! Aku tak hanya sakit! Tapi sudah sekarat! Apalagi yang kalian harapkan dariku? Kematian???? Jangan biarkan aku bermain-main dengan prasangka. Jika itu terjadi, akan muncul triliunan alasan untukku membenci dan akhirnya menjaga jarak dengan kalia

Keluh

Lelah kusimpan keluh ini. Bukan hanya karena dilarang, tapi mengeluh kurasa tak akan membantu menyelesaikan apa pun.. Tapi jika semua harus kau hadapi sendiri? Masih bisakah kau tahan keluh yang mungkin seharusnya sudah membuncah??? Maka aku minta maaf jika kali ini aku mengeluh. Aku lelah. Sudah. Itu saja. Powered by Telkomsel BlackBerry®

Hujan

Banyak yang harus kita bicarakan. Sepertinya diam tak lagi menjadi jalan yang baik bagi kita. Aku dan kamu terlalu naif karena percaya pada makna kata dari mata. Saling pandang yang hanya terjadi sekian detik setiap hari sudah tak bisa lagi membuatku mengerti. Aku berterima kasih pada hujan. Sebab tanpanya, aku tak akan terpikir untuk mempertegas apa yang terjadi di antara kita selama ini. Ketidaksengajaanku berjalan berdampingan dengan orang lain sepertinya membuatmu membuang muka. Lalu bagaimana aku bisa membaca makna mata? Bahasa tubuhmu terlalu misterius untuk kuselami. Hujan pula yang mengantarku ke tempat ini. Tempat di mana aku dan kamu akan menjelaskan semuanya. Hujan juga yang membuatku hanyut selama berjam-jam tanpa kehadiranmu! Kau telat datang? Atau justru sama sekali tak datang? Empat jam! Dan kedai ini akan tutup. Aku marah! Marah karena kebodohanku sendiri! Aku lagi-lagi berterima kasih pada hujan. Karena sekeluarnya aku dari tempat ini, tak akan

SepSun

Lagi-lagi perasaan tak enak itu muncul di saat seharusya semua menyatu dalam irama. Mungkin sebaiknya mundur dahulu untuk mengoreksi apa yang salah. Baru maju tanpa melihat ke belakang lagi. -dis-O- Powered by Telkomsel BlackBerry®

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

#SenjaKita

- Jika senja itu sudah bukan milik kita lagi, izinkan aku untuk mencari kenyamanan baru - Masih ingat 'Bintang Cuma Satu' ? Cerita yang kubuat karena kesamaan ketertarikan antara aku dan kamu? Pecinta senja, pengagum malam, dan pemuja bintang. Ya, aku dan kamu. "Setidaknya aku pernah memilikimu dalam senja dan malamku, hingga bintang cuma satu," tulisku waktu itu, pada buku kecil yang selalu menjadi tempatku berbagi kisah 'tak biasa' kita. Cerita kita masih gantung. Kau tak pernah mengungkap siapa yang akan kau berikan separuh bintang itu. Aku pun sama. Tak pernah mencoba memberitahumu bahwa aku ingin berbagi bintang hanya denganmu. Aku cuma mau kau menyadarinya sendiri. Miris. Bukan karena aku merasa luka. Tidak. Aku tak pernah terluka karena hal-hal yang berkaitan denganmu. Justru, aku hanya akan membuang-buang waktu jika menganggap kehadiranmu adalah duka. *** Kita berpisah begitu saja waktu itu. "Bye, semoga kita masih bisa bertemu lagi lai

Hosyah!

Aih, malesin, sodara2!! Sepertinya harus segera keluar dari kebiasaan ini. Kalo terus-terusan diikutin bisa berbahaya ini. Yang jelas, harus cepet-cepet ngejauhin orang yang sukanya bikin kacau,hahaha... Powered by Telkomsel BlackBerry®

Harmoni

Ada hal-hal yang bisa dengan mudah kita dapet. Tapi, jangan lupain hal-hal yang mungkin sangat sulit untuk kita capai. Harmonis. Ya, itu lah yang setidaknya menurutku sulit. Satu-satunya masalah yang hingga saat ini tak juga kutemukan solusinya adalah mengharmoniskan pikiran (bawah sadar) dengan tindakan keseharian. Bawah sadar akan muncul ketika pikiran kita kosong, atau bahkan ketika kita tidur. Dia datang sebagai mimpi atau tindakan tak terkontrol. Misal, bergidik ngeri karena suatu hal mengerikan dan menjijikkan yang selama ini kita lupakan dengan paksa muncul tanpa permisi. Hehehe.. Itu sih cuma teori menurutku. :D *** Ntar-ntar aj deh dilanjutin, babay! Powered by Telkomsel BlackBerry®

Piscok, Kucing Kecil yang Dramatis

Entahlah, tiba-tiba kangen suasana asrama dan semua makhluk yang ada di situ. Ups, kecuali setan setannya yah,hehehe.. Hmmm... Mungkin karena tadi balik dari makan bakwan malang di depan kantor, gw ketemu kucing kecil, lucu, mirip si Piscok. Ya, Piscok itu kucing kecil yang tiba-tiba nongol di asrama gw, tahun 2007 lalu. Meski rada alergi sama bulunya, entah kenapa malem itu gw sedih liat anak kucing yang kedinginan. Kasian. Jadi inget si Cici dan Papay, kucing kesayangan gw dan keluarga. Akhirnya, gw beraniin untuk gendong si Piscok. Gw relain kotak sepatu kesayangan gw untuk dijadiin kamar si kucing. Gw kasih serbet makan gw untuk kasur, dan gw kasih kaen lap yang baru gw cuci untuk selimutnya. Tapi, Piscok mati beberapa hari kemudian. Dan, maaf! Dengan bentuk gw yang kata orang-orang menyeramkan dan sifat n sikap gw yang tomboy, gw NANGIS! tapi diem2,hehehe.. Saking sedihnya, gw ampe bikin tulisan buat Piscok. Entah puisi, prosa, atau apalah namanya... Untuk sekedar mengenan

Akhirnyaaa

Meski rada aneh, hari ini tetep menyenangkan.  Seperti ada yang kembali. Hahahahaha... Kembali autis maksudnya. Dulu, waktu masih d Depok, gw bebas mau ngapain aja. Selain karena masih mahasiswa, gw juga masih punya banyak banget waktu kosong untuk sekedar duduk, ngetik, ngopi, atau ngunyah fench fries di 'bara di cafe', margo city. Hidup yang menyenangkan, bukan Nah sekarang? Boro-boro ngopi nyantai-nyatntai, balik kantor aja badan rasanya remuk, mata sepet, capek banget. Capek hati dan fisik, hahahaha... Ya... Seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya dilakukan minimal sekali seminggu Nulis 'sampah' pun udah jarang gw lakuin. Gila juga nih dunia kerja. Macam mau nyekek leher aja. Hari ini, kebetulan libur kerja. Setelah tidur kayak kebo selama sekian jam (ga tw deh berapa jam, bangun-bangun udah jam 4 aja gitu) akhirnya gw memutuskan untuk meraih kembali 'me time' yang tlah lama hilang. Ebuset! bahasa gw kayak orang bener aja dah, hahahaha... Dah ah,

Menilai Diri Sendiri

Butuh teman bicara. Ya, rasanya itulah yang sangat saya butuhkan saat ini. Memang, saya seringkali berbicara dengan benda mati. Karena mereka hanya mendengar tanpa merespon. Dan itu membuat saya nyaman. Tapi kali ini, saya rasa saya butuh manusia yang bisa memberi respon. Hmm.. tapiii, apa saya benar-benar membutuhkan itu? Sepertinya tidak! Jadi maaf, kalo lagi-lagi yang bisa saya lakukan hanya menulis. :) Hari ini, seperti biasa, saya melaksanakan tugas di multimedia. Menulis, meng-upload video berita, dan sesekali bercanda dengan rekan kerja, bahkan bercengkrama dengan beberapa teman. Puas! Karena hari ini rasanya lengkap. Tapi, semuanya berubah pas saya sampe di kost-an. Jujur, ternyata saya takut menghadapi diri sendiri. Pernah ada argumen tentang itu. Manusia modern adalah manusia yang takut menghadapi dirinya sendiri. Karena itulah, ketika libur datang, manusia  cenderung untuk menghabiskan waktu di luar. Mungkin di mal, zona bermain, ke rumah teman, dan lain-lain. Tidak

#1

- Aku menuliskan apa yang ingin aku tulis. Bukan karena apa pun. Hanya karena aku - *** Sebenarnya tidak ada alasan untuk menatap ke belakang. Dalam hal apa pun. Kecuali untuk mengambil pelajaran dari masa lalu. Aku kalah. Ya, kalah, karena aku melihat ke belakang bukan untuk belajar, tapi untuk menikmati rindu. Terserah jika banyak orang menganggap ini 'dosa'. Tapi memori yang terisi di kepalaku tak bisa begitu saja aku biarkan berlalu. Sesekali aku masih ingin membongkarnya. Indah atau pun perih. Jauh sebelum aku menemukan AKU yang sekarang, aku yakin, aku sangat menikmati setiap detik dalam hidupku. Aku bukannya menyesal, aku hanya ingin menikmati kebodohan terdahulu. Sebelum aku menemukan AKU yang sekarang, aku bisa bebas melakukan apa pun yang aku mau. Aku berhak penuh atas tubuh dan jiwaku. Aku bebas berpikir dan bebas bertindak. Tidak ada batasan dan tidak ada norma-norma yang mengatur tetek bengek manusia di dunia ini. Aku rindu diriku yang dulu

Write Yourself!

foto ini diambil pas lagi nunggu keputusan saya lulus atau tidak pas sidang skripsi ***** Banyak hal yang seharusnya sudah diceritakan di lembar digital ini. Tapi waktu dan faktor fisik yang terlalu capek, malah ngebuat saya ga punya kesempatan untuk 'nyampah' di blog. Oh iya, ini blog baru. Bukan berarti blog yang lama saya tinggal, cuma itu blog tampilannya udah rada error, jadi bikin males,hehehe.. ***** Ada seorang ilmuwan yang bilang, manusia harus menciptakan metafor. Metafor yang dimaksud adalah perubahan. Manusia harus membuat perubahan dan memperbarui dirinya, melalui apa pun. Kalo bisa, ia menciptakan hal-hal yang 'bener-bener dia'. Dia menciptakan sesuatu yang pada akhirnya diterima banyak orang. Ketika udah banyak orang yang menerima dan ngerti, dia harus ciptain lagi sesuatu yang baru. Ga boleh stuck! Sebenarnya itu berlaku untuk bahasa. Ciptakan bahasa baru. Tapi, bahasa pasti kontingen sama manusia. Ada kalimat yang bunyinya begini, "m