Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

#---- ----- -----#

Ketika pikiran dan rasa tak bisa tersampaikan lisan, maka wujudkanlah ia dalam sebuah tulisan. Perkara pemahaman orang akan berbeda, itu sudah bukan urusan kita. ---!!--- Aku tak pernah benci malam. Sepanjang aku hidup, malam selalu menjadi bagian favoritku. Setelah senja tentunya. :) Malam selalu kuhabiskan untuk melakukan apa yang diperintahkan (entah otak atau hati). Saat ingin menangis aku akan tumpahkan tangisan itu. Saat ingin tertawa, aku ledakkan tawa sekencang-kencangnya. Saat ingin mengenang, aku bongkar semua memori yang pernah terjebak di otakku. Sesederhana itu. Malam membuatnya sederhana, kawan. :) ---!!--- Malam ini aku ingin berbagi tentang rasa. Paham? Belum tentu! Karena rasa menurutku pasti berbeda dengan rasa milik siapa pun. Jadi ketika kau membaca soal rasa yang aku tulis, aku harap tak mengubah rasa yang sudah ada di seluruh organmu. --!!-- Seberapa kuat rasa atas sebuah rasa yang bisa dirasa? Demi Tuhan semesta alam! Sampai kini aku tak tahu jawabanya. Tapi aku

Zonk!

Paham dan mengerti itu berbeda. Kenapa? Karena kandungan 'keseriusan' di dalamnya juga berbeda porsi. Kalau tak bisa menyarikan keduanya, maka kukategorikan kau dalam kelompok Zonk! :) Happy Monday, people! Powered by Telkomsel BlackBerry®

Beda tak bisa Sama

Aku mengerti jika beda tak bisa sama. Kamu juga demikian. Kita tahu, bahkan sangat paham. Karena bedalah yang membuat kita satu. Itu juga yang menciptakan keunikan dalam relasi antar-manusia. Tapi beda di antara kita tak sekadar aroma. Kita berbeda rasa. Rasa cinta pada pencipta yang (tanpa sengaja) dibeda-bedakan (oleh pikiran) manusia. Maka 'haram' menurut mereka (entah siapa) jika kita menyatukan yang beda. Aku, Kamu dan rasa cinta yang ditanamkan lingkungan masing-masing sejak kecil. **** Seorang teman yang pernah menyaksikan suatu karya menyebut ulang sebuah kalimat. "Jika T*h*nM* saja kau khianati, apalagi aku?" Hmmm.. Kira-kira seperti itu kalimatnya. (Aku tak begitu ingat). Ya, benar! Tapi tak mutlak. Bukankah saat diberi kehidupan maka setelahnya manusia diberi 'kesempatan' untuk memilih? (Meski pilihan itu sendiri pun sudah disiapkan). **** Aku tak menyalahkan apa pun. Beda akan tetap beda. Aku tak mau memaksakannya sama. Satu-satunya jala

Delapan

Satu hari atau bahkan tak sampai satu hari lagi perayaan Umat Islam yang datangnya setahun sekali akan dirayakan. Lalu apa yang spesial di tahun ini? Sepertinya tak ada yang spesial kecuali Aku yang baru akan mudik tepat di hari H perayaan itu. Yup! Tanggal 8 (kalau sidang ishbat tidak merubahnya dengan tiba-tiba) Aku akan terbang ke kota kecil bernama Bengkulu. Menyenangkan? Tidak juga. Karena memang tak ada riak kegembiraan yang mampir ke hatiku. Eits! Sudah mulai serius rupanya,haha.. Gembira itu seharusnya berlebaran dengan keluarga inti yang lengkap. Tapi delapan tahun belakangan papa pergi ke langit untuk menemui sesuatu yang disebut pencipta segala yang ada di muka bumi dan angkasa. Delapan (8)! Sepertinya menjadi angka sempurna. Aku memang jarang bersyukur. Tapi di tanggal delapan aku akan mudik, delapan tahun kepergian papa, delapan kali merasakan ada yang kosong, dan delapan kali aku mencoba menghitung rasa ingin atau tak ingin pulang di tahun ini. Maka delapa

Tik Tok

Melepas sesuatu yang sudah terlalu biasa ada dalam harimu itu memang tak segampang membuang ludah. Ada banyak elemen yang harus dibongkar, dipisahkan dan membuang yang tak terlalu berguna bagi hidup kita. Sekian banyak hal yang terekam dalam memori tak bisa dimusnahkan begitu saja. Prosesnya panjang. Sangat panjang bahkan. Tapi tak ada yang tak mungkin. Semuanya pasti bisa terjadi. Selama kita berusaha kuat untuk teliti membuang mana yang perlu dan tidak perlu untuk dipertahankan. Mari kita mulai dari malam ini. Good luck! :)) Powered by Telkomsel BlackBerry®

#1

Selasa dini hari ini, apa yang akan kutulis? Karena menulis kujadikan terapi. Maka. Setiap baris yang kutulis akan mengurangi sekian beban dan 'sakit' yg ingin kusembuhkan. *** Malam ini tak seperti biasa. Lelah bermain game, aku mulai menyalakan laptop, men-charge batre iPod, menyalakan lagu-lagu Secondhand Serenade, dan Hanyut dalam lantunan nadanya. :)). *ritual ini sudah sangat lama kutinggalkan. Wow! Puitis sekali kata-kata itu! Hahahhahaha.. *** Kali ini bukan tentang senja dan bintang. Tapi tentang kenangan. Tentang manusia dan lingkungan yang membentukku menjadi AKU yang sekarang. Bertahun-tahun yang lalu, ketika AKU, kamu, mereka, masih dalam satu dimensi ruang dan waktu. Kurasa itulah saat di mana AKU membentuk 'dunia' di kepalaku. Tentang segala hal. Mulai dari yang sepele hingga yang sangat besar. Meski saat ini 'dunia' nyata dan maya sangat tipis bedanya. Semua hal begitu cepat mengisi rongga pikir otakku. Tetap ada satu ruang di sana yang ternyat

Coklat Butek

Oke! Mungkin ini karma buat gw yang suka ngetawain anak-anak yang berenang di aer banjir. Kemaren-kemaren gw sempet jijik banget sama yang namanya aer banjir (ampe sekarang sih masih jiik)! Udah warnanya butek, kotor, segala macem sampah rumah tangga sampe kotoran makhluk tuhan yang paling seksi (aka manusia) pun ada. JIJAY! Meski dalem hati, gw sempet bersumpah untuk ga nyentuh tu aer banjir seujung kuku pun. Tapi apa yang gw bayangin dengan kenyataan yang mesti gw hadepin Jumat pagi lalu sangatlah berbeda. Dengan sangat PD gw memutuskan untuk balik ke kostan sekitar jam 8 pagi. Selama perjalanan bareng abang angkot B14 dan beberapa penumpang laennya, suasana damai sentosa. Gw turun dong di belakang Citraland. Baru jalan berapa langkah, ternyata banjir masih menggenangi kawasan itu! Sompret! Gw sempet diem di samping warung kurang lebih lima belas menit sebelum akhirnya memutuskan untuk nekat basah-basahan di aer banjir yang tingginya semata kaki. AMAN! gw berhasil nerobos s

(Masih Tentang) Setengah Jiwa, Hati, dan Rasio

DULU selalu ada cerita tentang dia, mp3, soft drink, buku kecil, dan pensil mekanik. Selalu ada aku yang mencoba menyelami dia dan dunianya. Kami menyatu. Saling mengerti tanpa mencoba untuk saling mengganggu. Ya, karena kami sangat menghargai spasi. :) *** Satu setengah tahun aku kehilangan semua itu. Hal-hal yang pada awalnya bisa membuatku orgasme pikiran dan hasrat akan kebebasan. Spasi yang kami agungkan kini menjadi tiga ketukan tabulasi. Terlalu jauh. Seperti terjadi secara natural tapi aku tahu itu semua tentang kesengajaan. Aku sudah tak sempat mengamati dia yang dulu kehilangan kehangatan terhadap makhluk lain bernama manusia. Aku kehilangan banyak momen yang mungkin menyebabkan banyak perubahan pada dia. Yang kudengar, kini dia sudah bisa menerima keberadaan mereka yang dulu hanya dianggapnya angin. *** Belakangan aku mencoba mendekati semua itu lagi. Kira-kira satu bulan belakangan. Banyak perubahan memang. Dia sudah bisa kembali hangat. Dia mau memba