Bongkahan kesal itu akhirnya tersembur. Sesuatu yang awalnya baik menjadi berai, hilang bentuk.
Tak ada yang perlu disalahkan. Kamu, Aku, Kita, semua punya problem yang sama. Kepentingan kita berbeda. Sampai kini pun tak ada jalan tengah karena magnetku selalu menarik ke kiri dan kau ke kanan.
Memintamu atau Aku untuk melupakan tak pernah jadi jalan keluar. Hati dan rasa tak bisa dipaksa. Ingat maka ingat, sekuat apapun kita melawannya.
Beruntung, Kamu dan Aku mau saling mencoba terbiasa. Berjalan bersama di sisi jalan yang bebeda. Setidaknya, Kita bisa saling mengawasi ketika salah satu membutuhkan pertolongan.
Itulah konsep setia menurut Kita. Tak perlu penjelasan lebih, tapi saling mengerti tetap terpatri di sini, di mata, hati, dan setiap gerak tubuh.
Kamu, Aku, Kita, akan tetap ada.
Meski kini Kamu dan Aku berdampingan dengan manusia yang berbeda, kita tetap menapaki jalan yang sama, hanya berbeda sisi. Aku kiri dan Kamu kanan.
Mata masih saling mengawasi. Hati tetap harus terisi. Dia dan Kamu serasi. Aku dan Dia yang berjalan bersamaku sangat presisi. Pas.
Kini, rasanya kita sudah sampai di ujung jalan. Belokan kiri dan kanan sudah terlihat.
Kita harus berani melambaikan tangan tanda berpisah. Bye, sampai jumpa di kehidupan yang lain, di mana religiusitas bukan isu penting dalam suatu hubungan. Di mana keyakinan bukan jadi penghalang justru jadi pemersatu. Di mana Aku dan Kamu saling menyayangi tanpa menyakiti mereka yang kita sayangi.
-di sudut jalan yang belum terlihat ujungnya-
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tak ada yang perlu disalahkan. Kamu, Aku, Kita, semua punya problem yang sama. Kepentingan kita berbeda. Sampai kini pun tak ada jalan tengah karena magnetku selalu menarik ke kiri dan kau ke kanan.
Memintamu atau Aku untuk melupakan tak pernah jadi jalan keluar. Hati dan rasa tak bisa dipaksa. Ingat maka ingat, sekuat apapun kita melawannya.
Beruntung, Kamu dan Aku mau saling mencoba terbiasa. Berjalan bersama di sisi jalan yang bebeda. Setidaknya, Kita bisa saling mengawasi ketika salah satu membutuhkan pertolongan.
Itulah konsep setia menurut Kita. Tak perlu penjelasan lebih, tapi saling mengerti tetap terpatri di sini, di mata, hati, dan setiap gerak tubuh.
Kamu, Aku, Kita, akan tetap ada.
Meski kini Kamu dan Aku berdampingan dengan manusia yang berbeda, kita tetap menapaki jalan yang sama, hanya berbeda sisi. Aku kiri dan Kamu kanan.
Mata masih saling mengawasi. Hati tetap harus terisi. Dia dan Kamu serasi. Aku dan Dia yang berjalan bersamaku sangat presisi. Pas.
Kini, rasanya kita sudah sampai di ujung jalan. Belokan kiri dan kanan sudah terlihat.
Kita harus berani melambaikan tangan tanda berpisah. Bye, sampai jumpa di kehidupan yang lain, di mana religiusitas bukan isu penting dalam suatu hubungan. Di mana keyakinan bukan jadi penghalang justru jadi pemersatu. Di mana Aku dan Kamu saling menyayangi tanpa menyakiti mereka yang kita sayangi.
-di sudut jalan yang belum terlihat ujungnya-
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Comments
Post a Comment