Skip to main content

Terbiasa itu Penting

Bongkahan kesal itu akhirnya tersembur. Sesuatu yang awalnya baik menjadi berai, hilang bentuk.

Tak ada yang perlu disalahkan. Kamu, Aku, Kita, semua punya problem yang sama. Kepentingan kita berbeda. Sampai kini pun tak ada jalan tengah karena magnetku selalu menarik ke kiri dan kau ke kanan.

Memintamu atau Aku untuk melupakan tak pernah jadi jalan keluar. Hati dan rasa tak bisa dipaksa. Ingat maka ingat, sekuat apapun kita melawannya.

Beruntung, Kamu dan Aku mau saling mencoba terbiasa. Berjalan bersama di sisi jalan yang bebeda. Setidaknya, Kita bisa saling mengawasi ketika salah satu membutuhkan pertolongan.

Itulah konsep setia menurut Kita. Tak perlu penjelasan lebih, tapi saling mengerti tetap terpatri di sini, di mata, hati, dan setiap gerak tubuh.

Kamu, Aku, Kita, akan tetap ada.

Meski kini Kamu dan Aku berdampingan dengan manusia yang berbeda, kita tetap menapaki jalan yang sama, hanya berbeda sisi. Aku kiri dan Kamu kanan.

Mata masih saling mengawasi. Hati tetap harus terisi. Dia dan Kamu serasi. Aku dan Dia yang berjalan bersamaku sangat presisi. Pas.

Kini, rasanya kita sudah sampai di ujung jalan. Belokan kiri dan kanan sudah terlihat.

Kita harus berani melambaikan tangan tanda berpisah. Bye, sampai jumpa di kehidupan yang lain, di mana religiusitas bukan isu penting dalam suatu hubungan. Di mana keyakinan bukan jadi penghalang justru jadi pemersatu. Di mana Aku dan Kamu saling menyayangi tanpa menyakiti mereka yang kita sayangi.





-di sudut jalan yang belum terlihat ujungnya-
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me...

Oh! I swear to god ...... !

"Demi Tuhan lo pasti bakal berkeinginan ngebunuh orang yang sok tahu soal kehidupan lo" Ketika pagi tak mampu membungkam mulut-mulut nyinyir Saat itu pula gerombolan sindir demi sindir tergelincir Kalimat keluar tanpa proses berpikir Sumpah serapah pelan-pelan bergulir Bisakah kita hanya mengolah rasa? Jangan dilisankan jika hanya memutus asa Sebab sakit hati tak gampang dimakan masa Pikirkan, jangan membuat yang buruk sebagai yang biasa

Unlocked!

Gw ga perlu jelasin dia siapa. Terpenting, orang itu membuat gw banyak keluar dari hal-hal yang sebelomnya menjadi ketakutan besar gw. HAHAHAHAHHA......  Setidaknya, sekarang gw udah ga takut lagi ke tempat asing dan rame. Kalo bukan karena mau personal meet n greet sama anak itu, gw ga bakal bisa keluar dari kecupuan itu. Ga kok, gw ga cupu. Kondisi gw yang ga memungkinkan. Yang tau-tau aja lah ya. Gw males ngejelasin karena ga semua orang punya kemampuan buat menyerap dan respect sama kondisi itu.   Salah-salah, malah dijadiin bahan becandaan. Dan ya, hampir. Bahkan mau dikontenin. Hahahhaa. Untung sempet gw ingetin dan batal. Kalo ga, mungkin orang itu udah gw jadiin daging cincang hehehe...  Ya, banyak hal. Gw jadi lebih terbuka sama manusia lain setelah mengenal anak itu. Shania Gracia. Itu nama dia. Salah satu member JKT48, idol group satu-satunya di Indonesia kayaknya.  Kalo kata anak sekarang dia ngebawa 'positive vibes' banget. Apaaa coba. Ya gitu dah...