Skip to main content

Instrospeksi Jelang Senja

Senja

Ah. Kata itu selalu muncul dalam suasana apa pun. Senang, sedih, ceria, galau, sekali pun rasa tak jelas. Sulit dideskripsikan. Senja memang punya kekuatan sendiri.

Pekan-pekan belakangan terasa berbeda. Semuanya berjalan lebih sendu. Padahal, semua yang berat sudah bisa teratasi belasan hari lalu.

Tapi, sisa perjuangan ternyata membuat kondisi mental berada di satu level lebih rendah ketimbang kondisi normal. Percaya? Tidak juga tak apa. Soal rasa itu urusan subjektif, bukan?

Lo curhat, je?
Hmm.. Not really. Gw cuma cerita. Itu pun ga akan bisa lo tebak ke mana arahnya. Hahahha...

Gini.. Gini...
Percaya kan semua manusia ga akan bisa menghindari masalah apa pun dalam hidupnya. Lo mau lari kemana pun, sejauh apa pun, tuh persoalan pasti ngikutin. Bagusnya, ya dihdapai. Itu juga kalo lo punya cukup nyali.

Bacot lo, je! Kayak berani aja ngadepin masalah!
Weits! Jangan salah. Kemarin-kemarin gw ke mana aja lo kira? Ya gw hadapi itu. Gw ga kabur dan secepat mungkin ngelarin. Puas?

Berat sih. Tapi kelar-kelar aja tuh. Nah, fase ini yang gw paling males. Fase ketika lo mengingat kembali saat-saat berat (traumatis) dan lo butuh temen buat ngalihin itu. Temen ngobrol. Temen diskusi. Temen berantem juga. Hahahahahha...

Minimal, lo ga punya waktu buat mengingat semua yang ga enak. That's it.

Persoalan baru kemudian muncul. Ada ga sih temennya? Atau ada ga yang bersedia ngeladenin lo dalam kondisi kayak gitu. Toh, persoalan lo udah kelar. Lo juga ga ceritain ke siapa-siapa soal permasalahan lo. Terus pas udah tuntas, dan sisaannya yang bikin lo galau, lo nuntut orang laen buat ada? Ga bisa gitu juga kan?

Trus maksud lo gimana, je?
Auk dah. Gw pun ga ngerti. Cuma ga pengen sendirian aja. Pengen ada orang yang nemenin walaupun dia gatau apa yang lo hadepin kemarin-kemarin.

Persoalan kan tuh? Iya! Orang yang ga ngerti apa-apa ujung-ujungnya bingung. Hahahhahahha

"Gw bukan cenayang. Lo kalo mau cerita ya bilang mau cerita. Gw ga bakal tau kalo lo ga bilang," ujar seorang teman.

Ya bener juga sih. Emangnya temen gw dukun? Hahahhaa...

Ya ga semua orang bisa bicara sejelas itu sih. Gw bukan orang yang bisa gamblang kalo ngomong. Takut orang lain keganggu. Dan gw gasuka ditolak.

Ah bangke! Itu sih masalahnya di diri elo!
Ya iya. Emang persoalannya di gw. Dan cuma gw yang bisa nolong diri gw sendiri. Ga perlu narik orang lain masuk dalam lingkaran bodoh gw itu.

Itu lah titik di mana gw sadar ga bisa berharap ini itu dari orang lain. Gw harus tolong diri gw sendiri. Gw harus berani melawan diri sendiri berikut pikiran-pikiran bodoh gw.

Hari ini, menuju senja.
Gw mulai nyoba untuk memutuskan. Setidaknya yang terbaik buat gw.
Gw ga boleh ngerepotin siapa-siapa lagi kalo mau hidup damai. Gw juga ga boleh berharap lebih ke siapa pun, terutama temen untuk mengerti apa yang lagi gw rasain atau setidaknya paham kondisi gw.
Gw mulai buka mata kalo setiap orang hidup dengan persoalannya masing-masing. Gw ga bisa begitu terus.

Terima kasih semburat oranye di langit. Sambil menunggu senja yang bener-bener senja, pikiran waras gw mulai balik.

Senja! Ah, kamu memang juara.

I love you, Senja. More than sate padang.

Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal