Skip to main content

Kita Menua dan Jompo, Kawan!


Susah sekali buat ketemu temen-temen belakangan ini. Selain pandemi covid-19, kami semua punya kesibukan masing-masing. 

Tapi, gw percaya, pertemanan ini bakal kuat meski ga terlalu sering ketemu. Minimal, masih halo-halo pas papasan, via sosial media, atau grup yang semakin lama semakin menipis keaktivan anggotanya. 

Kalo ditanya kenalnya udah sejak kapan, kurang lebih 10 tahun lalu. Kami ada di kantor yang sama. Gw dan Jati (yang cowo) di MMDP 1 Metro TV, sedangkan Lia di JDP Metro TV. 

Prinsipnya, kami harus cicipin hampir semua divisi di kantor ini. Kami mulai akrab banget ketika sama-sama belajar di alah satu divisi yang kekeluargaannya erat banget. Ga perlu gw sebut, gaenak sama divisi lain. Hahahaha... 

Intinya, kami selalu main bareng hampir 10 tahun ini. Sama-sama tau kisah masing-masing. Sampe akhirnya tinggal gw yang belum menikah. Kebayang kan? Kesibukan mereka bertambah. Urusan keluarga. Gw yang paling gabut! 

Cuma sama mereka gw bisa bicara Aku-Kamu tanpa perlu mikirin perbedaan makna. Iya, anak-anak lain kebanyakan ngegunain Aku-Kamu ke pacar. Mungkin, karena kami sama-sama anak rantau, anak daerah, yang menggunakan sapaan seperti itu, udah kebiasaan. Hahahahaha... 

Di sela kesibukan, kemarin, kami memutuskan buat ketemu. Ternyata hidup berat kalo kita ga ngobrol. Syukurnya, kemarin pertemuan itu sangat berkualitas. 

Ngomonginnya ya ga jauh-jauh dari kerjaan. Setelah ini mau ngapain aja. Dan rencana-rencana apa yang bisa dilakuin dalam waktu dekat maupun jangka panjang. Tapi, tetep ada obrolan receh kok. Bisa gila ntar kalo ga receh. Hehe... 

Ini salah satu kedai kopi di Tomang. Terus terang, kami kurang nyaman karena terlalu rame. Parno, bun! Beruntung kami bisa dapet tempat pas, yang aman dari kerumunan, aman buat video call ama anaknya Jati, dan aman dari droplet orang! 😅😅😅😅

Di sela obrolan, tiba-tiba semua nyadar. Oh, kita menua. Kita tua! Kita jauh beda usianya sama anak-anak yang nongkrong di kafe yang sama. Kita jompo, kawan! 

Kami cuma ketawa sih menyadari kenyataan itu. Cuma, persoalan hidup ternyata makin pelik ya ketika usia kita udah melewati 30 tahunan. Gapapa juga. Tinggal perkara gimana menyikapi dan menghadapi. Asek! Keren uga gw. Hahahaha... 

Pertemuan malem itu kami tutup dengan foto bersama. Cuma satu jepretan. Karena momen dan kualitas pertemuan lebih penting daripada itu. At least, pertemuan tetap terdokumentasikan, kan? 

Gw ga peduli setua apa kita saat ini, atau 10 tahun mendatang. Gw cuma berdoa pertemanan ini akan tetap erat sampai nanti-nanti. Ashedap! 

Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal