Skip to main content

Kembali 'Bernapas'

Nyaris 10 bulan lalu, 'bernapas' sepertinya menjadi sangat sulit. Sumber oksigen berkurang karena beberapa hal yang mau tak mau harus 'dinikmati'.

Sejak saat itu, dunia yang katanya begitu luas terlihat sedikit menyempit. Terkadang, sesak sulit dihindari. Penolongnya cuma percaya dan ikhlas kalau semua akan kembali seperti semula dalam tempo tertentu.

Kondisi itu bukan sesuatu yang dipaksakan pihak lain. Saya, satu-satunya orang yang menciptakan kondisi itu.

Sedikit penyesalan pasti muncul. Cuma, ada hasil yang bisa membuat lega dan mengikis sesal sedikit demi sedikit.

Sama sekali tak berat ternyata kalau dijalani dengan santai. Pura-pura lupa selagi bisa dan tak perlu meratap ketika pikiran itu berkecamuk. Sesederhana itu.

Sampai Mei menjelang. Hari Buruh ternyata berefek. Ya, walau saya gatau juga di mana hubungannya, hahahahaha....

Sesosok 'pahlawan' datang dan memberi asupan oksigen. Cara memberinya pun berbeda. Bukan memberi oksigen baru dan menggantikan yang lama. Dia mengisi kantung oksigen lama agar ke depan saya tak lagi perlu sesak karena sempitnya ruang yang saya ciptakan sendiri.

Tuhan maha baik. Setidaknya itu lah yang saya pahami per hari ini. Dia mengirim makhluk sebagai wakilNya untuk membuat manusia lain ceria kalau terlalu berlebihan disebut sangat bahagia.

Terima kasih Tuhan. Terima kasih engkau yang mewakili Tuhan. Saya tak bisa merespons dengan baik karena untuk terharu dan meneteskan air mata pun rasanya sudah bingung melakukannya. Hehehehe...

Saya harus banyak-banyak bersyukur karena jalan pasti terbuka selama kita percaya.


Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal