Skip to main content

............................

Tak semua yang kau lakukan bisa diterima dengan cara biasa oleh orang lain. Kadang, apa yang kau maksud justru dinilai salah.

Iya, itu pasti berkali-kali terjadi, Terlebih bagi mereka yang memang tak terlalu pandai menunjukkan apa yang mereka rasa. Sebagian orang bilang mereka adalah manusia yang merugi. Awalnya, pikiran itu tak terlalu memengaruhi. Tapi semakin lama, asumsi kebanyakan orang itu cenderung mendekati kebenaran.

Apa salah pada akhirnya mereka memilih kembali hanya berfokus pada benda mati sebagai teman, sahabat atau apa pun yang bisa mewakili itu?

Benda mati tak pernah lelah walau terus-terusan dibombardir hal menyebalkan. Benda mati tak pernah membuat luka bagi mereka yang berusaha menjaga rasa. Benda mati tak pernah berpikir yang tidak-tidak pada mereka yang menganggapnya dekat. Benda mati tak pernah terpengaruh dengan situasi dan lingkungan. Benda mati mungkin membuat damai menjadi teman sejati.

Tapi, bukankah manusia membutuhkan manusia lain untuk tahu dirinya 'hidup'? Mereka bukan tak mencoba. Sering!Tapi selalu mendapat imbas tak enak.

Kau tahu rasanya diterima, kemudian pelan-pelan disekat? Sadar atau tidak, orang-orang yang berada di sekitar mereka yang fokus pada benda mati seringkali akan mengakhiri semuanya dengan bekas yang cukup terlihat.

Mereka, pecinta benda mati itu tak akan protes! Hal seperti itu sudah menjadi makanan bertahun-tahun. Mereka hanya terlalu bodoh karena berkali-kali mencoba menjadi manusia kebanyakan. Mencoba kembali percaya pada yang namanya 'santai' ketika di balik semua itu semuanya berlangsung rumit.

Kau bersikap baik akan menjadi salah, apalagi bersikap buruk. Kau tersenyum bisa menjadi kesalahan, apalagi cembetut.

Lalu di mana tempat mereka yang hanya pandai berinteraksi dengan benda mati? Mungkin tetap di ruangan sempit yang bisa membuat mereka berpikir dan menerima diri mereka sendiri.

Sendiri. Kata itu sepertinya sangat tepat buat mereka. Dunia mereka tampaknya kurang dimengerti manusia kebanyakan.

**********
Suatu hari, satu di antara mereka mencoba ke luar dari ruangan 'bodoh' itu. Dia mencoba menjadi manusia yang dianggap manusia. Dia mencoba tak berjarak dengan manusia lainnya. Dia punya harapan semua itu bisa membuat dia merubah pemikiran tentang manusia lain.

Sayangnya, si mengkudu justru kembali menyambangi kerongkongannya. Pahit. Ujung-ujungnya pasti pahit.

Tapi tak apa. Mungkin ini waktunya dia kembali menjadi dia yang dulu. Dia yang tetap nyaman hanya hidup bersama iPod, bolpen, buku catatan, taman, pantai dan udara. Cukup. Itu tak akan membuat dunia memberi berbagai pukulan lagi. Dia mungkin harus kembali ke lingkup di mana tetap merasa nyaman ketika diteriaki 'autis, kau!'. Dia mungkin harus kembali terbiasa ke mana-mana hanya ditemani benda mati dan cukup dengan kondisi itu.

Ah sudahlah, dia pasti sudah berdamai dengan itu. Tak ada yang salah dengan itu semua. Dia pasti bersedia menemani ketika manusia lain butuh. Dia juga pasti bersedia ditinggal ketika manusia lain merasa cukup dan sudah tak butuh ada bersama dia. Dia akan tetap seperti itu. Sekarang dan nanti.















Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal