Ada banyak manusia yang mencoba menikmati rasa sakit. Dulu, saya berada di seberang mereka.
Menurut saya, selama masih bisa dihindari, rasa sakit sebaiknya jangan dirasa-rasa. Ya, kira-kira begitu lah. Masih banyak aktivitas yang bisa dilakukan ketimbang sekadar menikmati perih. Moron!
Iya sih, sedikit emosional menanggapinya. Hahaha
Tapi seorang teman pernah memberi wejangan. "Sesekali, rasa sakit itu harus dinikmati. Contohnya rasa rindu. Lu rindu sama bokap, sama temen, sama siapa pun yang udah ga bisa lu lihat, mendingan lo serap. Kalo emang harus nangis ya nangis, jangan ditahan," kata dia.
Ah sampah!
"Lu bisa ngomong begitu karena lu belom ngerasain. Seenak jidat lebar aja lu ngomong,"
Begitulah jawaban saya, waktu itu. Aneh menurut saya teori tentang sesekali menikmati rasa sakit, perih, rindu, atau apalah namanya.
Semakin ke sini, saya merasa ada benarnya juga omongan si teman. Banyak kenalan yang memang sesekali mengaku menikmati semua kesenduan hidup.
Saya cuma tersenyum. Antara mengiyakan atau justru mencibir.
"Lemah kalian, hoy manusia!"
Ah, rupanya rasa angkuh itu tetap ada. Tetap tidak percaya menikmati sendu itu terkadang indah.
Sampai saat ini, semakin banyak teman yang bicara begitu. Nikmatilah sendu sesekali, lepaskan yang harus dilepaskan, biar tidak menumpuk dan meledak di waktu yang tak bisa diperkirakan.
Iya, ada banyak manusia yang mencoba menikmati rasa sakit. Dulu, saya berada di seberang mereka.
DULU, SAYA BERADA DI SEBERANG MEREKA!
DULU
Comments
Post a Comment