Skip to main content

Alur

‎Ada banyak manusia yang mencoba menikmati rasa sakit. Dulu, saya berada di seberang mereka.

Menurut saya, selama masih bisa dihindari, rasa sakit sebaiknya jangan dirasa-rasa. Ya, kira-kira begitu lah. Masih banyak aktivitas yang bisa dilakukan ketimbang sekadar menikmati perih. Moron!

Iya sih, sedikit emosional menanggapinya. Hahaha

Tapi seorang teman pernah memberi wejangan. "Sesekali, rasa sakit itu harus dinikmati. Contohnya rasa rindu. Lu rindu sama bokap, sama temen, sama siapa pun yang udah ga bisa lu lihat, mendingan lo serap. Kalo emang harus nangis ya nangis, jangan ditahan," kata dia.

Ah sampah! 

"Lu bisa ngomong begitu karena lu belom ngerasain. Seenak jidat lebar aja lu ngomong," 

Begitulah jawaban saya, waktu itu. Aneh menurut saya teori tentang sesekali menikmati rasa sakit, perih, rindu, atau apalah namanya.

Semakin ke sini, saya merasa ada benarnya juga omongan si teman. Banyak kenalan yang memang sesekali mengaku menikmati semua kesenduan hidup.

Saya cuma tersenyum. Antara mengiyakan atau justru mencibir.

"Lemah kalian, hoy manusia!"

Ah, rupanya rasa angkuh itu tetap ada. Tetap tidak percaya menikmati sendu itu terkadang indah.

Sampai saat ini, semakin banyak teman yang bicara begitu. Nikmatilah sendu sesekali, lepaskan yang harus dilepaskan, biar tidak menumpuk dan meledak di waktu yang tak bisa diperkirakan.

Iya, ‎ada banyak manusia yang mencoba menikmati rasa sakit. Dulu, saya berada di seberang mereka.


DULU, SAYA BERADA DI SEBERANG MEREKA!






DULU

Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal