Skip to main content

Vaksin Covid-19 Ada Bukan Berarti Kita Bisa Nyantai

 Wah, vaksin covid-19 udah ada nih! Saatnya kembali normaaalll.......


Ga gitu konsepnya, Maemunah!

Bener sih, 3 juta dosis Vaksin Covid-19 Sinovac udah mendarat di Indonesia melalui dua tahap. Prosesnya juga udah sampe tahap akhir. Per 13 Januari 2021 bisa disuntikkin, dan yang pertama divaksinasi Presiden Joko Widodo.


Sekitar 14-15 Januari-nya, vaksin mulai disuntikkin buat tenaga kesehatan (nakes). Iya! Mereka garda depan (bukan terdepan, ntar gw jelasin kenapa depan tanpa ter). Mereka disuntikkin biar terjaga kesehatannya dan bisa maksimal merawat orang-orang yang terpapar covid-19. 


Ok, garda depan, bukan terdepan. Kenapa? Menurut gw, garda terdepan itu tetap diri kita sendiri. Seberapa effort kita ngejaga diri buat terhindar dari virus berbahaya yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, itu.


Gw agak khawatir, pola pikir sebagian orang mulai ngaco begitu vaksin disuntikkin. Gw takut sebagian orang, bahkan mungkin gw mulai kendor kedisiplinannya karena merasa udah aman aja. Toh, udah ada vaksin ini kan?


Tapi, semakin gw mikir begitu semakin gw merasa bersalah. Vaksin itu cuma salah satu alternatif buat menghalau #covid-19. Sisanya di tangan kita!


Kita ga bisa bergantung sama vaksin, tapi abai sama diri sendiri. Virus itu ga serta merta ilang, bos! Kalo kita nyeleneh, potensi terpapar sangat besar.


Akibatnya? Ya lu diisolasi mandiri, atau jelek-jeleknya, kalo lu bergejala, lu harus dirawat. Inget ya, rumah sakit rujukan itu nyaris penuh. Dan penyakit di dunia ini ga cuma covid-19.


Masih banyak orang yang butuh ruang perawatan untuk penyakit-penyakit berat lainnya. Gw ga mau jadi salah satu orang yang ngabis-ngabisin tempat untuk alasan yang kurang make sense. 


Misal, sotoy idup santai trus kena covid-19 dan harus dirawat. No! Gw ga mau berkontribusi atas angka kematian penduduk Indonesia. Gw juga ogah tercatat jadi beban negara karena semua biaya ditanggung pemerintah, pake uang pajak dan lain-lain. Ga mau gw!


Jangan. Sumpah dah! Banyak orang yang lebih berhak mengecap uang negara untuk hal-hal yang lebih urgen. Uang negara bukan buat diabis-abisin sama orang abai kayak gw! Itu yang terus gw tanemin di pikiran.


Capek, bos! Hampir setahun kita ngelawan covid-19. Kalo kita ga lawan bareng-bareng dan cuma bergantung sama pihak tertentu, kapan kelarnya ini pandemi?????


Yok bisa yok! Kita lawan bareng! Mulai dari menjaga diri sendiri aja. Simpel. Cukup pake masker, jaga jarak dan cuci tangan pake sabun di bawah air mengalir.


Satu lagi, ga usah ke mana-mana dulu kalo ga bener-bener perlu. Nongkrong dan lain-lain masih bsia dikorbanin lah. Bisa virtual dulu. Yok kita sama-sama bantu bunuh ini virus!!!!!

Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal