Belakangan gw agak keganggu sih sama pendapat orang soal jurnalis hanya memunculkan berita buruk soal corona. Cuma menimbulkan kepanikan. Melebih-lebihkan berita. Dan segala macam tai kucingnya.
Baru-baru ini, seorang influencer bikin rusuh dunia persilatan karena menganggap (ah males gw ngomonginnya, lu pada pasti udah tau kan tuh ya). Hahahha..
Prinsipnya, berpendapat itu bebas, cuma harus terukur dan pastiin lu bener-bener mengerti apa yang mau dikomentarin. Kalo ga bener-benar tahu, mending diem aja BAMBANG!
Masing-masing pekerjaan itu punya cara kerja masing-masing. Begitu juga kami, jurnalis. Soal corona, jurnalis juga harus langsung mencari berita soal itu. Untuk siapa? Ya untuk masyarakat yang butuh update berita dan gambaran jelas soal kondisi sebenarnya.
Prosesnya mengerikan loh. Mereka harus langsung terjun ke pusat penyakit. Ambil gambar, observasi, kemudian pada akhirnya menyampaikan informasi detail sesuai yang dia lihat dan diperkuat argumentasi narasumber kredibel.
Pake alat pelindung diri (APD), kepanasan, susah napas. Mirip kayak tenaga medis. Cuma waktu berada di dalam ruangan isolasi aja yang berbeda. Tim medis harus menyelesaikan shift kerjanya, sedangkan jurnalis hanya beberapa jam.
Ga selesai di situ. Mereka harus kembali ke kantor dengan berbagai protokol kesehatan biar ga bawa virus ke lingkungan kerja. Mereka juga harus seribet itu sebelum pulang ke rumah dan ketemu keluarga.
Mereka harus setor gambar dan tulisan. Itu semua ga cuma pake tenaga, tapi juga pikiran.
Percaya atau enggak, pikiran jurnalis itu juga selalu berkecamuk tau ga! Mereka menyampaikan berita sedih, bikinnya sambil sedih, kebayang-bayang yang jelek-jelek karena liat langsung kondisi sebenarnya. Belum lagi kalau harus menyampaikan lewat tulisan.
KAMI MIKIR GIMANA CARANYA GA TERLALU SEREM INI BERITA! Tapi kalau soal data? Jangan dibecandain! Harus disampein sebenar-benarnya.
Ga pernah nulis berita baik? ADA ANJENG!
Baca utuh makanya. Baca berita terkaitnya. Jurnalis juga sebisa mungkin angkat angle 'berita baik', karena lewat berita baik itu juga kami menumbuhkan harapan buat diri kami sendiri.
Bisa ga kalian yang ngerti-ngerti banget, terutama influencer ga ngegiring orang buat berpikiran sama kayak lu semua? Otak lu bersihin pake detol biar bener!
Dah ah. Jadi bingung mau nulis apaan. HAHAHHA....
Baru-baru ini, seorang influencer bikin rusuh dunia persilatan karena menganggap (ah males gw ngomonginnya, lu pada pasti udah tau kan tuh ya). Hahahha..
Prinsipnya, berpendapat itu bebas, cuma harus terukur dan pastiin lu bener-bener mengerti apa yang mau dikomentarin. Kalo ga bener-benar tahu, mending diem aja BAMBANG!
Masing-masing pekerjaan itu punya cara kerja masing-masing. Begitu juga kami, jurnalis. Soal corona, jurnalis juga harus langsung mencari berita soal itu. Untuk siapa? Ya untuk masyarakat yang butuh update berita dan gambaran jelas soal kondisi sebenarnya.
Prosesnya mengerikan loh. Mereka harus langsung terjun ke pusat penyakit. Ambil gambar, observasi, kemudian pada akhirnya menyampaikan informasi detail sesuai yang dia lihat dan diperkuat argumentasi narasumber kredibel.
Pake alat pelindung diri (APD), kepanasan, susah napas. Mirip kayak tenaga medis. Cuma waktu berada di dalam ruangan isolasi aja yang berbeda. Tim medis harus menyelesaikan shift kerjanya, sedangkan jurnalis hanya beberapa jam.
Ga selesai di situ. Mereka harus kembali ke kantor dengan berbagai protokol kesehatan biar ga bawa virus ke lingkungan kerja. Mereka juga harus seribet itu sebelum pulang ke rumah dan ketemu keluarga.
Mereka harus setor gambar dan tulisan. Itu semua ga cuma pake tenaga, tapi juga pikiran.
Percaya atau enggak, pikiran jurnalis itu juga selalu berkecamuk tau ga! Mereka menyampaikan berita sedih, bikinnya sambil sedih, kebayang-bayang yang jelek-jelek karena liat langsung kondisi sebenarnya. Belum lagi kalau harus menyampaikan lewat tulisan.
KAMI MIKIR GIMANA CARANYA GA TERLALU SEREM INI BERITA! Tapi kalau soal data? Jangan dibecandain! Harus disampein sebenar-benarnya.
Ga pernah nulis berita baik? ADA ANJENG!
Baca utuh makanya. Baca berita terkaitnya. Jurnalis juga sebisa mungkin angkat angle 'berita baik', karena lewat berita baik itu juga kami menumbuhkan harapan buat diri kami sendiri.
Bisa ga kalian yang ngerti-ngerti banget, terutama influencer ga ngegiring orang buat berpikiran sama kayak lu semua? Otak lu bersihin pake detol biar bener!
Dah ah. Jadi bingung mau nulis apaan. HAHAHHA....
Comments
Post a Comment