Skip to main content

Eh, loh, waduh, gimana??

Menuju pagi. Matahari sebentar lagi meninggi. Tubuh mulai kehabisan energi. Sepersekian detik seolah mendengar elegi.

Ebuset. Elegi banget? Kok rada ngeri ya? hahahaha

Kalo menurut KBBI, elegi  berarti syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita (khususnya pada peristiwa kematian).

Hmmm... Ga kok. Tadi gw bohong soal elegi. Cuma tetiba kepikiran satu kata itu aja. Begitu nyari di KBBI ternyata arti sebenarnya cukup nyeremin. Hahahaha hiks!


******
KEMATIAN!

Mungkin nih ya, yang ga takut mati cuma orang-orang yang ibadahnya bagus, sudah selesai dengan urusan duniawi dan lain-lain.

Orang kayak gw yang untuk hal-hal di atas aja belom ampe setengahnya mayan takut nih sama kematian. Amit-amit deh, kudu tobat yang paling tobat dulu kali gw baru berani mati.

Lah ini kenapa jadi bahas mati-mati dah. Harusnya yang diomongin tuh USAHA MATI-MATIAN biar bahagia, kaya raya dan bisa keliling dunia. Hahahaha..

Auk ah, ga ada nyambung-nyambungnya omongan gw perasaan.

***

Pagi ini sama. Masih dengan aktivitas tak berbeda nyaris di setiap akhir pekan. Bosan? Ga juga. Karena sejujurnya gw cukup menikmati pekerjaan ini.

Pekerjaan?

Iya! Pekerjaan. Aktivitas yang menuntut manusia berpikir dan berkreasi lewat kalimat. Asik sih, buat mereka yang menikmati dan punya kemampuan.

Untuk gw, ini masih jadi petualangan. Masih harus berjalan mengikuti atau pasrah kebawa sama arah angin. Masih harus banyak belajar dari mereka yang lebih jago ataupun belum jago. Masih harus banyak berdiskusi dengan manusia lain atau diri sendiri.

Belakangan, gw merasa terlalu banyak ngeluh sama aktivitas ini. Mungkin lagi jenuh. Atau mungkin situasinya lagi ga kondusif sampe ngerjain satu berita aja makan waktu satu jam. Gila! Merasa gagal gw dari tadi malem, hahahaha...

Aduh, boss-boss gw tercinta, percayalah, yang kayak gini ga bakal kejadian deh ke depan.

***

Dih lah, trus apa pulak hubungannya sama kematian? elegi? asal jeplak aja si oje ini.

MATI. Iya. Mati ide, mati gaya, mati pemikiran. Hidup cuma ngikutin rutinitas. Bekerja berdasarkan arahan, sesuai harapan yang punya perusahaan, sesuai maunya pimpinan, sesuai maunya klien. Apa namanya kalau bukan sedang menyambut kematian diri sendiri?

Ya mau gimana lagi juga, orang-orang itu yang ngasih gw penghasilan buat makan, ngopi, maen, liburan, dkk. Hahahahhaa...

Mati lah gw! Mati lah kita! Mati lah semua idealisme.

"Makan tuh idealisme lo. Buktiin aja, bisa ngasih makan ga tuh makhluk bernama idealisme? Longgar dikit lah, biar enak jalanin hidup," ujar seorang teman.

Ah, tai lah! gw bahkan udah gatau idealisme gw tuh apa, gimana dan harus dijalankan bagaimana.

Gw cuma tau tiap hari liputan, tiap akhir pekan piket malem, tiap tanggal 28 terima gaji dan tiap tanggal 15 terima uang makan dan insentif.

Kurang robot apa tuh hidup gw? Kalo masih bisa disebut hidup sih, hehehehe...

***
Udah ah, matahari udah mulai nyembul tuh. Pamalih ngomongin kematian dalam bentuk apapun.

Nimatin aja yang ada. Ngayal boleh tapi jangan keseringan. Urusan kematian dipikirin kapan-kapan aja yes!




selamat pagi! dapet salam dari indomie dan kopi! *slurp













Comments

Popular posts from this blog

Quo Vadis?

Lalu kemana harus kubawa pikiran ini? Membuatnya melayang bebas saja aku tak sanggup. Selalu ada sesuatu dalam diri yang menahan dan berusaha membawanya kembali pada jalur yang sama. Kamu. Se-istimewa itu kah Kamu? Aku bahkan sudah melupakan-Mu bertahun-tahun lamanya. Kurasa, Kamu juga sama. Secara tak sadar melupakan aku. Aku jadi ingat waktu Kita masih sering berjalan beriringan. Kamu dengan segala isyarat yang disampaikan melalui banyak 'media' membuat aku patuh dan tergiring ke jalan yang Kamu mau. Sampai pada suatu saat Kamu membuatku benar-benar kaget. Kau bahkan tak memberiku waktu untuk bersiap-siap menghadapinya. Maaf, tapi terus terang aku KECEWA! Sangat kecewa. Kita hidup dalam damai. Kita saling jujur. Tak ada yang kusembunyikan dari Kamu. Tapi belakangan aku sadar, terlalu banyak yang Kamu sembunyikan dari aku. Orang-orang bilang, tak ada satu pun akan tau apa yang Kamu lakukan di detik berikutnya. Kamu memberi kejutan tak menyenangkan! Kamu me

Cerita Kita Selesai

Kamu, seperti yang banyak dipercaya orang, merupakan cinta pertama yang sempurna. Sosok yang selalu memberi kenyamanan dan kehangatan. Idealnya, kamu memberi gambaran sosok seperti apa yang akan menemani perjalanan hidup sang putri di masa depan. Di luar itu, kamu menjadi tokoh utama keluarga yang idealnya (lagi) bisa menjadi contoh. Kamu punya segalanya. Di mata orang-orang, kamu seperti malaikat. Melindungi, mengayomi, menjadi manudia nyaris sempurna. Utuh. Kamu seperti utuh menjadi manusia. Hampir semua orang memuji. Kamu sosok kuat, berprinsip, tak neko-neko, pantang curang. Hidupmu kau serahkan untuk mengabdi kepada negara, daerah, dan masyarakat yang meminta. Sangat sempurna bukan? Tapi kamu lupa. Berjalan terlalu lurus sampai lengah ada benda kecil yang membuatmu terpeleset. Kamu terjatuh. Seluruh tubuhmu kotor. Tapi ada seseorang yang buru-buru membersihkan badan besarmu itu. Kau kembali ke hadapan manusia lain dengan rapi. Sangat rapi. Kemudian kamu pergi. Berlal